SEJARAH SINGKAT DESA MANDIRAJA

SEJARAH SINGKAT DESA MANDIRAJA

KECAMATAN MOGA KABUPATEN PEMALANG

 

Pangeran Buminoto adalah keturunan dari Sultan Agung, Sultan yang pertama yang dalam catatan sejarah melawan penjajah di Bumi Nusantara ini, Perjuangan pengusiran penjajah belanda pada zaman Sultan Agung turut berjasa pula seorang putra dari Pekalongan bernama Baharudin atau Bahurekso yang menjadi Adipati di Kendal sebagai laksana armada Kala Duta I yang menyerang Jakarta dari laut. Pengganti Sultan Agung adalah Amangkuran I yang wafat disemayamkan di Tegal Arum, untuk penggantinya Belanda menyetujui penggantian tahta kerjaan Mataram oleh Amangkurat II. Namun pemberontakan-pemberontakan melawan kerajaan terus bergolak di Mataram. Hal yang demikian kesempatani Kompani untuk mengadu domba. Pemberontakan berhasil di tumpas oleh adipati Tegal yang terkenal dengan nama Martoloyo, kemenangan Martoloyo malahan dicurigai Belanda dan lewat Amangkuran II mengutus Martoloyo untuk melenyapkan Martoloyo. Dalam perang tanding sama saktinya, sama-sama lenyap yang kemudian makamnya dirahasiakan untuk kepentingan penjajah Belanda.

Sekitar kurang lebih tahun 1700 san, Pemerintah Amangkuran III sebagai pengganti Amangkurat II yang sangat disenangi rakyat, ternyata selalu dicurigai kompeni, bahkan dibenci. Peperangan pun terjadi dengan kekalahan pada Amangkurat III beliau ditangkap dan di buang ke Sailon. Sesudah peristiwa inilah putra-putra Amangkurat III bergerilya untuk menghadapi kesemrawutan dan campur tangan kompeni dalam pengangkatan Raja sesudah Amangkurat III.

Putra-putra yang benci kompeni pergi meninggalkan keraton. Diantara putra-putra amangkurat III antar lai Pengaran BUMINOTO yang meninggalkan Keraton Mataram, dengan tekad kebesaran jiwa perjuangan Sultan Agung. Dalam bergerilya diikuti oleh putra-putranya dan pasukan yang dipimpin oleh putranya sendiri yang bernama Pangeran Nayantaka Kusuma, untuk berusaha bergabung dengan pengikut adipati Martoloyo tegal dan bertekad mengusai Pemalang dari Kompeni. Pasukannya selalu dikerjar pasukan kompeni. Dihutan Roban, kompeni kompeni hampir saja mengikuti pasukan Nayantaka, untung segerombolan orang penghuni hutan robat dapat mengelabuhi kompeni. Ketika ditanya Kompeni mereka menjawab bahwa yang lewat bukan bukan pasukan Nayantaka melainkan iring-iringan yang dipimpin oleh Setan Dadung Awuk. Kompenipun tidak melanjutkan pengejarannya, pasukan Nayantaka terus ke barat dan ditempat yang dirahasiakan (Sandi Raja) dia mendirikan pemerintahan kecil untuk mengatur siasat. Di Desa yang sekarang bernama MANDIRAJA, dari kata Raja yang Mandi. Pada waktu bapak Prakoso menjawab ke Kancam Moga pernah dating tim survey dari Pusat untuk menyelidiki mandiraja, sebab di dalam buku Babat Tnaah Jawi disebutkan pernah berdiri sebuah kerajaan kecil di lereng gunung selamet. Sikap Pangeran Biminoto meninggalkan keraton, adalah sikap anti penjajah sebagai kelanjutan perjuangan melawan belanda, sangat didukung oleh kesaktian putranya yang bernama Pangeran Nayantaka Kusuma alias Dadung Awuk.

Sejarah perjuangannya merupakan lembaran cerita tersendiri tetapi bagi rakyat Pemalang babat dadung Awuk menjadi cerita rakyat yang sempat di puji dan digemari. Hanya perlu diketuahui bahwa Dadung Awuk Mandiraja bukan Dadung Awuk yang kalah denganJakat Tingkir, yang kalah hanya dengan daun sirih. Tetapi Dadung Awuk nama samara Pangeran Nayantaka Putra Pangeran Buminoto, cucu Amangkurat III, yang dibuang ke Sailon oleh Belanda.

Kalau tidak salah tangkap cerita Dadung Awuk lewat Pementasan Wayang golek dengan lakon Babat Mataram, selalu mengulas kesaktian Dadung Awuk. Para dalanng (Seniman) berhasil menyelundupkan cerita perlawanan penjajah dengan kiasan-kiasan, peranan Sulang Jono, Kalabudin, Pendekar-pendekar Cirebon, Banten Begelen Tahidda Siyem, Sumur Limpeni dll.

Karena itu dalam ungkapan cerita rakyat Pemalang ini, dibutuhkan suatu penelitian tersendiri oleh ilmuan sejarah.

Pengungkapan dan penelitian para ilmuan sejarah besar kemungkinannya sejarah Pangeran Buminoto jadi titik tolak penemuan lahirnya kota Pemalang di ambilkan dari Kali Malang yang membenetang dari Asem Doyong ke Kali Comal.

Sekelumit Pembeberan sejarah yang saling berkaitan dari jaman kerajaan Mataram Sultan Agung sampai Amangkurat III menyangkut lahirnya beberapa pahlawan yang ada di Pekalongan dan sekitarnya. Maka sangat di banggakan bahwa bukti autentik dari peranan para pahlawan di Pekalongan Timur, Pekalongan tengah dan Pelongan Barat hanya pahlawan yang di Pekalongan Tengah masih dapat di lestarikan buktinya. Adipati Bau Rekso Kendal berakhir dengan cerita :

Pangeran Buminoto di makamkan di Mandiraja/Moga dijadikan ceirat rakyat dan memiliki ucapan turunan Dadung Awuk. Sampai sekarang banyak keturunan Dadung Awuk yang memegang jabatan-jabatan pada pemerintah baik sipil maupun militer.

(Sumber : Silsilah Keturutanan Buminoto Mandiraja Moga Pemalang oleh Sacheri yang di himpun dari Paguyuban Keluarga Pangeran Buminoto Pemalang)